Setelah kenaikan kelas, beliau segera memberhentikan kegiatan sekolah tersebut dan membuat kurikulum sederhana bersama istri beliau untuk sarana belajar anak-anaknya. Isi materi kurikulum awal yang dibuat oleh beliau dan istrinya adalah:
- Perduli rutinitas rumah untuk melatih tanggung jawab anak. Seperti, membantu orangtua rapih bersih di pagi hari, menyiapkan sarapan di atas meja, membersihkan pakaian kotor dan dimasukan ke tempat cucian dan sebagainya.
- Belajar bahasa inggris dengan menggunakan film kartun. Intinya belajar bahasa adalah dengan melakukan imitasi bukan kenal tata bahasa.
- Mengenal lingkungan sekitar sebagai pelajaran alam. Dan mengenal sosialisasi dari lingkungan yang paling kecil sampai yang paling luas sebagai pelajaran sosial. Dengan metode aktif mandiri, atau guru hanya menerangkan bagian awalnya saja, setelah itu anak-anak akan menjelajahi data yang lebih lengkapnya melalui internet dan perpustakaan.
- Belajar matematika dengan CD interaktif atau game yang perintahnya dan naratornya menggunakan bahasa Inggris.
- Tidur siang sebagai sarana untuk membuat anak mampu menahan dirinya agar tidak berpikir selalu ingin bermain.
- Sholat berjama’ah dan membaca satu surat dalam Juz-Amma setiap setelah sholat.
Praktek tersebut dilakukan pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2006 dengan mengontrak rumah sebagai gedung tempat belajar. Beliau juga melakukan kerja sama dengan sahabat-sahabat beliau untuk mewujudkan misi tersebut. Sampai pada akhirnya, tahun 2007 beliau berhasil menggalang dana untuk pembangunan gedung sekolah, meskipun tidak terlalu besar dan berada di lingkungan perkampungan.
Dalam penyempurnaan lembaga pendidikan yang didirikannya, beliau memberikan fasilitas kepada guru-guru untuk mengikuti beberapa seminar mengenai pembentukan karakter anak, rutinitas sampai dengan buku-buku untuk mengontrol kelas. Kurikulum juga lebih disempurnakan, tanpa menghilangkan sedikitpun dasar-dasarnya yang sudah pernah dibentuk dahulu. Beberapa dimodifikasi dengan isi materi KTSP 2006 dan metode kurikulum 2013, yang pada nyatanya, cara belajar kurikulum 2013, sudah diterapkan sejak tahun 2007. Serta mengadakan kelas atau program penggalian bakat diri atau mencari minat dan potensi anak didik. Anak-anak bisa memilih hal yang paling disukainya dan sekolah memfasilitasi guru atau tutor untuk membimbing mereka.
Nama Home School Tunas Bangsa, diawali dengan nama Lab School. Kemudian menjadi Home School, karena beberapa beberapa kegiatannya diserupakan dengan kegiatan anak di rumah bersama dengan orangtuanya, memanggil guru perempuan dengan sebutan bunda dan memanggil guru laki-laki dengan sebutan ayah.